Di hari yang mencengkam...
Dimana para petani jambi dibungkam...
Serumit problem tragedi wong cilik dalam genggaman para jahanam...
Ketika negara mengkhianati amanah sebagai Imam...
Rima ini kuciptakan untuk seorang Ibu dalam melawan Bungkam ketidak pedulian...
Melawan TIRANI berkoalisi Investor Asing yang bersetubuh cecunguk bangsa budak para Tuan...
Gemuruh tembakan SPORC bersautan tak membuat gentar...
Hati sang Ibu tetap tegar...
Menerjang dan berorasi melawan para budak asing dengan sabar...
Menyulut peka hati yang mendengar...
"Hei kalian budak-budak investor.
Manusia tak punya hati.
jangan kira kami takut mati.
Kalian lihat padi yang kami tanam.
Kami bisa hidup tanpa beras sumbangan.
Kami bisa berdiri tanpa uang luar negeri.
Tanah ini akan kami pertahankan.
Tanah yang terampas akan kami ambil kembali.
Akan kulahirkan seribu generasi untuk rebut kembali Kemerdekaan Negeri.“
Mati bukanlah lagi jadi soal apa...
Ketika harga diri dan martabat lebih berhaga...
Sang Ibu mengajarkan pelita...
Ditengah gelap menyelimuti negri kita...
Yang lebih bangga menjadi babu adidaya...
Tidak bangga apabila berdiri dikaki sendiri kita punya jiwa...
Rima ini kucipta sebagai bentuk kebanggaan tanpa jeda...
Ucap haru dalam gemuruh jiwa muda yang rindu sikap heroik seperti beliau diujung senja...
Beliau adalah wanita...
Sekaligus Ibu yang mengajarkan kebanggaan kita punya jiwa...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar