Rabu, 07 Oktober 2015

Kemiskinan Dan Kebodohan



Kemiskinan Dan Kebodohan
Oleh : Vanya Hamdani
Ketika kemiskinan dan kebodohan menjadi budaya di sebuah Negri Merdeka...
Jangan pernah berharap Negri itu untuk mampu Merdesa...
Karena kemiskinan akan mebuat mereka berani mati tapi takut dengan kelaparan...
Karena kebodohan akan membuat mereka bekerja keras tapi serupa budak belian...
Ketika kemiskinan dan kebodohan menjadi kebiasaan di sebuah Masyarakat Bhineka...
Jangan pernah berharap Masyarakat itu untuk mampu bersatu dalam kesatuan Berbangsa dan Bernegara...
Karena kemiskinan akan membuat mereka saling bertikai merebutkan periuk nasi dengan penuh kelaparan...
Karena kebodohan akan membuat mereka bekerja keras untuk menjadi serupa domba aduan...
Ketika kemiskinan dan kebodohan menjadi keseharian di sebuah Individu Manusia...
Jangan pernah berharap Individu itu untuk mampu menjadi berarti dan berguna...
Karena kemiskinan akan membuatnya terlarut dalam ratapan kelaparan...
Karena kebodohan akan membuatnya bekerja keras menangisi setiap waktu kehidupanya dalam ceremony keputus asaan...

Kaya dan Miskin



Kaya dan Miskin

Kalau saja waktu bisa berputar kembali..
Serta takdir bisa dipilih sesuai kemauan diri...
Mungkin tiada manusia yang menyesal di setiap hari...
Tiada raungan tangis dalam gubuk - gubuk disepanjang hari...

Kaya dan Miskin itu perkara takdir...
Tapi jikalau pemiskinan dan pembodohan itu adalah perkara diri...
Melawan atau meratapi hari tanpa ada kemauan merubah diri sampai akhir...
Jangan pernah menyalahi Tuhan sedangkan diri tiada kemauan merubah diri...

Kaya dan Miskin itu perkara keadilan...
Bagaimana Si Kaya mambantu Si Miskin...
Bukan Si Miskin membantu Si Kaya...
Sampai lahir istilah menginjak kepala...

Kalau saja waktu bisa berputar kembali...
Serta takdir bisa dipilih sesuai kemauan diri...
Mungkin tiada lagi manusia yang mau bersusah payah untuk berpikir...
Hanya akan bermunculan manusia gagal menggunakan akal sejak lahir...

Tuan dan Hamba





Tuan dan Hamba

Ingin kutumpahkan semua isi hati...
Pada setiap dinding - dinding kehidupan...
Walau pena hancur tiada mampu menggoresi...
Tiada patah arang walau harus menggunakan bebatuan...

Kesakitan sudah terbiasa kulalui...
Seperti memanggul salib kehidupan...
Setiap rontaan hanya membuat semakin banyak mencibiri bahkan meludahi...
Seperti merangkak dalam kerak neraka kematian...

Cinta membutuhkan pengorbanan...
Begitu pula pengabdian kepada kemanusiaan...

Ketika kesetiaan kita hanya disuguhi moncong penghinaaan..
Bahkan ketiada pedulian , hanya mengundang kehinaan...
Ingin rasanya menumpahkan segala makian walau rasanya getir dirasa hati...
Hanya bisa menatap langit dan menguatkan hati untuk tetap bertahan...

Betapa indahnya dunia ini dalam kalam kemunafikan...
Tuan dan Tuan serupa Tuhan...
Tiada boleh ada penghinaan atas Tuan...
Hanya hamba sahaya sepertikulah boleh dijadikan objek pelecehan...

Kehinaan ini lebih pahit dari sekedar kata - kata makian...
Pemiskinan dan Pembodohan ciptaan Tuan - Tuan sungguh sangat menyakitkan...

Ingin kutumpahkan semua isi hati...
Pada setiap dinding - dinding kehidupan...
Walau pena kering terbakar matahari...
Tiada putus asa walau raga dan jiwaku terbakar bersamaan harapan...

Cinta membutuhkan pengorbanan...
Begitu pula pengabdian kepada kemanusiaan...

Ketika setiap derma kita hanya dibalas kebisuan...
Bahkan tiada menghargai , hanya mengundang fitnah dan cibiran...
Ingin rasanya menumpahkan semua kata - kata walau rasanya sakit dirasa hati...
Hanya bisa menatap langit dan menguatkan hati untuk tetap bertahan...

Betapa indahnya dunia ini dalam kalam kemunafikan...
Tuan dan Tuan serupa Tuhan...
Tiada boleh ada penghinaan atas Tuan...
Hanya hamba sahaya sepertikulah boleh dijadikan objek pelecehan...

Kehinaan ini lebih pahit dari sekedar kata - kata makian...
Pemiskinan dan Pembodohan ciptaan Tuan - Tuan sungguh sangat menyakitkan...

Minggu, 09 Agustus 2015

Kota Jahanam




Kota Jahanam

Berdiri pongah setiap barisan bangunan ditengah gemerlapan lampu - lampu pijar hedonisme.
Dimana setiap kaum berebutan tulang dan bangkai saudaranya diatas panji - panji nasionalisme.
Masing - masing mengumbar sompral gombal diatas podium National - State gedung rubuh bernama , Babu berbicara tentang perlawanan dan Tuan berbicara tentang pembebasan.
Anjing - anjing Tuan berkalungan pakaian resik dan bermandikan parfum sosialita ,
sedangkan Babu - Babu Tuan berkalungan rantai serupa Anjing - Anjing Tuan.

Kota Jahanam.

Dimana Tuan menjadikan Babu serupa Anjing Tuan.
Dan Babu - Babu hanya berani menyalak kepada sesama Babu.
Serupa Anjing - Anjing yang sedang berebut tulang belulang hadiah dari Tuan.
Mereka semua berbicara tentang perlawanan terhadap sesamanya dan pembebasan dari kejenuhan , Tuan mempermainkan Babu , Babu galak hanya kepada sesama Babu.

Kota Jahanam.

Anjing Buduk ditengah Kota Jahanam , tiada mengenal panji - panji.
Tiada mengenal Tuan dan Babu disisi.
Tanpa National State gedung rubuh.
Tanpa Hedonisme membasuh.

Anjing Buduk melakukan perlawanan kepada siapa saja untuk melindungi diri.
Menanti pembebasan diujung ajal bernama kematian datang menghampiri.

(31Juli2015)
Kota Jahanam Inspirasi Tulisan : Li Hai Xia.

Kota Jahanam

Oleh : Li Hai Xia

Sebuah tulisan yang lahir dari kegetiran malam , ketika dawai berbunyi mengusik sinaran purnama , ketika setiap baik kata hanya sebuah sajian pelacuran anjing jahanam yang mencari makan.

Sebuah tulisan yang lahir dari suara parau malam , lolongan yang membangunkan penghuni makam diperantauan akhirnya , ketika setiap bait hanya sebuah dahaga hasrat manusia jalang yang kelaparan.

Mengusik gemerlapnya buaian heningnya malam di bawah lampu temaram , anjing buduk menggigil menunggu durjana hari yang berada dalam kalam kematian.

Mengusik gemerlapnya kilauan teduh kota di malam hari , anak manusia mengais - ngais tong sampah sembari menatap asa dipenghujung lorong gelap kota jahanam.

(31Juli2015)

Rabu, 08 April 2015

Ibu Pertiwi Dalam Kubangan Lintah Dan Belatung




Ibu Pertiwi dalam balutan kalam kemunafikan...
Ketika setiap hal perlawanan dianggap sebuah kehinaan...
Apalah arti kemerdekaan jika hanya jadikan Rakyat alas kekuasaan...
Sehingga tiada peduli melihat Rakyat bersetubuh dengan kemiskinan di antara tumpukan sampah dan selokan bernama kenistaan...
Intelektualitas melacur dalam arus klenik penokohan...
Demokrasi ala Machiavelli dianggap Demokrasi penuh keadilan..
Sampai membabi buta menganggap lintah dan belatung sebagai Mesias atau Imam Mahdi pembawa Risalah Kemakmuran...
Realita tampakan dimuka hanyalah sebuah KEBOHONGAN...