Senin, 17 Juni 2013
Putra Sang Fajar
Ketika setiap pena tidak lagi adil menulis kisahmu...
Dan...
Ketika setiap bilik pintu tidak lagi adil membicarakanmu...
Dan...
Ketika itu pula Tanah Air kembali terbelenggu...
Dan...
Ketika itu pula putra-putri Tanah Air kembali berkalung budak para penipu...
-
Tiada lagi orasi MERDEKA dalam realisasi hanyalah ceremony jargon partai tanpa makna...
Tiada lagi orasi TRISAKTI dalam realita hanyalah ketergantungan modal asing atas nama bangsa...
Tiada lagi orasi MARHAEN dalam realisasi liberal INDUSTRI menjadikan BANGSA hanyalah sekumpulan nominal dan angka...
Tiada lagi orasi PANCASILA dalam realita DEMOKRASI mengkebiri setiap suara dalam setiap opsi-opsi nista...
-
Indonesia Merdeka...
Itu dulu...
Indonesia Jaya...
Itu lalu....
Dimana PUTRA SANG FAJAR menorehkan konsepsi pembembasan...
Dimana segenap RAKYAT tiada lagi hanya berceremony tanpa tindakan...
Dimana REVOLUSI menjadi jalan...
Dimana tidak ada lagi tempat bagi para REFORMIS, KOMPROMIS, dan BLANDIS menebar bahaya laten...
-
Kini...
Indonesia tiada lagi punya nyali...
Indonesia tiada lagi punya gigi...
Hanya punya botol kecap dan sompral para politisi...
Hanya punya kepalsuan dan kebodohan warisan Orde Baru dan Reformasi...
-
Kuciptakan RIMA...
Untuk menolak lupa...
Untuk menolak setiap kepalsuan hagemoni ORBA...
Aku menolak lupa dengan mengingat, aku punya Bapak Bangsa dengan sekumpulan pemikiranya tentang Bangsa dan Dunia...
Aku Menolak setiap kepalsuan hagemoni ORBA dengan ingkar, aku tidak mau terikat distorsi-distorsi menghapus ajaran Sukarno atas nama bahaya laten di muka...
-Putra Sang Fajar-
P A N C A S I L A
Dalam kalam arit dan Industri jelas tidak akan menemui titik temu seperti halnya membicarakan ego sensitif sekuler dengan agama...
Hanya mencipta bibit prasangka dan bara berbalut Bhineka Tunggal Ika...
Karena RUH sudah tiada karena lebih senang beradu domba...
Kini...
Nasib bangsa Indonesia sedang dicandra-cengkala-kan...
Sirna hilang ing kertaning bumi....
Kertaning bumi hilang kejayaan...
Sudah sirna sama sekali...
Kini...
Nasib bangsa Indonesia serupa bangsa kecil dan bangsa berpemikiran kerdil...
Bangsa tugu RONG DEPO sibuk mencari jati diri luar negri tidak percaya bahwasanya bangsa sendiri punya kultur dan skill...
Menyambung perihal makna PANCASILA...
Sejatinya kita harus membuka kalam sendiri kita punya kepribadian Bangsa...
GOTONG ROYONG adalah jawabanya...
Ho-Lopis-Kuntul-Baris buat kepentingan bersama,amal semua buat kepentingan semua...
Semua untuk semua...
Bhineka Tunggal Ika...
Indonesia pasti JAYA...
M E R D E K A ! ! !
Distorsi Harga Diri
Mata memandang tiada ada lagi rupa...
Wajah tentram bumi kian buram ditengah para korporasi menjadi TUAN di setiap kepala...
Dalam kepulan polutan , dalam pelukan modal , kapital menjadikan setiap kepala sebagai hamba...
Statistik mengkomando setiap kepala sebagai sapi perah , tiada berotak dengan kontrak dan jaminal sosial beronani demi hidup kian tidak bernurani saja...
Ketika setiap kepala tiada lagi memiliki cita-cita...
Ketika setiap kepala tiada lagi mampu berharap asa...
Mata memandang tiada ada lagi rupa...
Tiada lagi IMAJINASI karena sudah masuk kedalam keranda...
Jadikan setiap kepala sebagai budak atas nama pahlawan devisa negara...
Jadikan setiap kepala sebagai kuli demi statistik kemajuan semu dimuka...
Jadikan setiap kepala adalah nominal kapital , persetan dengan harga diri bangsa karena penguasa hanya mengenal harta dan tahta...
Jadikan setiap kepala adalah kerbau nominal , persetan dengan harga diri bangsa karena khalayak hanya mengenal uang dan keluarga...
DOA
Aku berdoa di dalam setiap bilik kalam menuju nirwana...
Di setiap altar darma dalam menghadapi prasangka dan duka di atas semua dogma....
Aku berdoa di dalam setiap bilik kalam menuju surga...
Di setiap podium dakwah dalam menghadapi sanjungan dan fitnah di atas semua dogma...
Aku berdoa di setiap pintu-pintu dengan salam damai dan bahagia...
Ketika pemilik pintu menguncinya dengan keangkuhan durjana...
Aku berdoa di setiap makam-makam dengan salam damai dan bahagia...
Ketika pemilik makam meninggalkan HIKMAH di setiap nisan berbagai rupa...
BANGSA AMNESIA
Pena menuliskan tinta dengan perasan keringat pemikiran...
Ketika nanah sejarah membusuk di singasana sampai ke liang senggama pusara Rakyat Jalata...
Ketika setiap opini hanyalah pion NICA dan sekutunya...
Ketika setiap opsi hanyalah bidak Federal dalam jaring kolonial berwatak firaun jadikan khalayak boneka durjana...
Pena menuliskan Tinta dengan perasan darah dan air mata...
Ketika bangkai sejarah memarginalisasi Rakyat dari Budaya...
Ketika penguasa mensubsidi Rakyat dengan Air Raksa...
Sesloki infus kapitalisme dalam operasi Neo Liberal memabukkan bangsa dalam lubang tai sejarah bernama AMNESIA...
Tekstualis Masa Kini
Ketika kebenaran serupa fatamorgana...
Di tengah kehausan hikmah berujung pembenaran serupa menyanjung berhala...
Ketika setiap Ilmu hanyalah hasil kesepakatan untuk samakan cerita....
Ketika setiap gelombang kehidupan hanyalah serupa opera sabun sejarah penuh lelucon pemuka agama dan penguasa...
Ketika setiap INTELEKTUAL beronani dengan buku manualnya...
Sehingga setiap definisi tercipta hanyalah hapalan dan khayalan semata...
Ketika stigma hidup terkini tidak lagi berkompromi dengan buku manualnya...
Pola hidup para tekstualis menjadi serupa babi tanpa kepala...
Membabi buta penuh prasangka...
Menyulut dendam tanpa dasar kepada siapa saja...
Berlainan pemahaman siap saling putuskan kepala...
Karena syahwat lebih dikedepankan sehingga mata hati buta pun dianggap biasa...
Fanatisme
Jika aku mengatasnamakan cinta untuk membunuh yang ingin memilikimu sayang ,
Apakah cinta yang salah atau aku ???
Jika aku berdalil dengan menafsiri kitab - kitab suci untuk membenci yang membencimu sayang , Apakah Cinta yang salah atau Aku ???
Cinta adalah dogma dimana batas adalah fatarmogana...
Dimana kata-kata tidak mampu mengukapkan makna sebenarnya...
Lahirlah prasangka dalam mulut penuh tanda tanya...
Sehingga setiap intrupsi hanyalah kiasan pluralisme penuh dusta...
Pasca setiap penilaian serupa memandang dengan egoisme belaka...
Pasca setiap argumentasi di meja serupa riuh bunyi sompral para anjing dan babi buta...
Langganan:
Postingan (Atom)